HalaQah

Wednesday, September 22, 2010

Rasulullah SAW Takut terhadap Keduniaan Yang Melimpah

Asy-Syaikhany mengeluarkan dari Abu Sa'id Al-Khudry di dalam sebuah hadits, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk di atas mimbar dan kami pun duduk di sekitar beliau, lalu beliau bersabda,
"Sesungguhnya yang paling kutakutkan atas kalian ialah jika Allah membukakan kesenangan dan perhiasan dunia kepada kalian."
Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib Wat-Tarhib, 5/144.

Asy-Syaikany juga mengeluarkan sebuah hadits dari Amr bin Auf Al-Anshay Radhiyallahu Anhu, yang di dalamnya dia berkata, "Rasulullah Shallailahu Alaihi wa Sallam bersabda,
"TerimaIah kabar gembira dan satu harapan bagi kalian Demi Allah, bukan kemiskinn yang aku takutkan terhadap kalian, tetapi aku justru takut jika dunia dihamparkan kepada kalian, sebagaimana yang pernah dihamparkan kepada orang-orang sebelum kalian, lalu mereka saling berlomba untuk mendapatkannya, sehingga kalian menjadi binasa seperti yang mereka alami."
Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib Wat-Tarhib, 5/141
Ya'qub bin Sufyan mengeluarkan dari IbnuAbbas Radhiyallahu Anhuma, bahwa Allah mengutus seorang malaikat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang disertai Jibril Alaihi Salam. Malaikat itu berkata,
"Sesungguhnya Allah menyuruh engkau untuk memilih, apakah engkau menjadi hamba dan nabi, ataukah menjadi raja dan sekaligus nabi."
Beliau menoleh ke arah Jibril layaknya orang yang meminta saran. Maka Jibril memberi isyarat, agar beliau merunduk dan patuh. Maka beliau menjawab,
"Aku pilih menjadi hamba dan nabi."
Setelah kejadian ini beliau tidak pemah makan sambil telentang, hingga beliau wafat. Yang serupa dengan ini juga diriwayatkan Al-Bukhary dan An-Nasa'y. Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Bidayah, 6:48.

Ahmad mengeluarkan dengan isnad yang shahih, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, dia berkata, "Umar bin Al-Khaththab ra. bercerita kepadaku, "Aku pernah memasuki rumah Rasulullah Shallailahu Alaihi wa Sallam, yang saat itu beliau sedang berbaring di atas selembar tikar. Setelah aku duduk di dekat beliau, aku baru tahu bahwa beliau juga menggelar kain mantelnya di atas tikar, dan tidak ada sesuatu yang lain, Tikar itu telah menimbulkan bekas guratan di lambung beliau. Aku juga melihat di salah satu pojok rumah beliau ada satu takar gandum. Di dinding tergantung selembar kulit yang sudah disamak. Melihat kesederhanaan ini kedua mataku meneteskan air mata.
"Mengapa engkau menangis wahai Ibnul-Khaththab?" tanya beliau. "Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis jika melihat gurat-gurat tikar yang membekas di lambung engkau itu dan lemari yang hanya diisi barang itu? Padahal Kisra dan Kaisar hidup di antara buab-buahan dan sungai yang mengalir. Engkau adalah Nabi Allah dan orang pilihan-Nya, sementara lemari engkau hanya seperti itu."
"Wahai Ibnul-Khaththab, apakah engkau tidak ridha jika kita mendapatkan akhirat, sedangkan mereka hanya mendapatkan dunia?"
Al-Hakimjuga mentakhrijnya secara shahih, berdasarkan syarat Muslim. Ibnu Hibban meriwayatkannya dari Anas, dan dia menyebutkan yang seperti ini. Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib, 5/161

0 comments:

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh berusaha di dalam agama Kami, nescaya Kami akan beri petunjuk kepada mereka


akan jalan-jalan kami.” (Al-Ankabut: 69)

Seringkali kita berbicara soal taufiq dan hidayah kurniaan Allah SWT kepada manusia. Lancar bibir menitipkan doa ke hadrat Ilahi memohon agar selalu mendapat taufiq dan hidayah. Namun sedarkah kita apa maksud sebenar dua perkataan itu?

“Mereka tak dapat hidayah Allah SWT, sebab itulah buat maksiat (merujuk kepada muslim yang melakukan kemungkaran)..” Bicara seseorang seingat saya.

“Moga mereka mendapat hidayah Allah SWT.” Doakan rakannya menyambung ayat.

Pengertian Taufiq Dan Hidayah

Menyelami maksud sebenar antara kedua-dua perkataan adalah sewajarnya bagi seseorang bergelar muslim. Agar memanifestasikan makna sebenar kepada khalayak umum, lantas menyemai taufiq yang diharapkan.

Berdoa biarlah faham.

“Allahummahdini fiman hadait, wa’afini fiman ‘afait..” Doa seorang Imam dihadapan makmum dengan lafaz individu. Bukannya secara jamak (banyak/ramai). Bagaimana mungkin mengharapkan sesuatu dimakbulkan jika apa yang didoakan kita juga tidak mengerti maksudnya.

Begitu juga dengan pengertian taufiq dan hidayah.

Menurut kitab Jauharah Tauhid, pengertian taufiq ialah sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT yang mendorong seseorang itu untuk melakukan kebaikan jika perkara tersebut berada di dalam dirinya.

Taufiq tidak akan diberikan oleh Azza Wajalla melainkan hanya kepada mereka yang bersungguh-sungguh mengabdikan diri dengan rasa kehambaan demi mendekatkan diri kepadaNYA. Ianya berdalilkan ayat 69 surah al-Ankabut yangs saya catitkan di perenggan atas entri ini.

Secara ringkasnya ia memberi faham kepada kita bahawa dengan adanya taufiq, manusia akan cenderung untuk melakukan kebaikan terus menerus sehingga ke akhirnya. Amin.

Kita terus kepada makna hidayah pula. Taufiq dan hidayah adalah mempunyai makna yang berbeza. Apa yang dimaksudkan dengan makna hidayah ialah, Allah SWT telah memasukkan iman ke dalam seseorang. Ini bermakna, semua manusia yang menganut agama Islam adalah mendapat hidayah Allah SWT tetapi tidak semua dari kalangan mereka mendapat taufiq untuk mengerjakan amal soleh.

Ayuh berdoa dengan kefahaman di hati mengekalkan hidayah dan disuntik rasa taufiq berpanjangan!


" USAH BIARKAN TAUFIQ DAN HIDAYAH TERPISAH DIPERSIMPANGAN JALAN"

++watch anime++ © 2008 Template by:
SkinCorner